Kamis, 07 Agustus 2008

Butuh Rp 100 Triliun untuk Pertanian di Pantura Jawa

Diunduh dari Harian KOMPAS, Rabu, 6 Agustus 2008.


Jakarta, Kompas - Reinvestasi dalam jangka panjang sebesar Rp 100 triliun sangat dibutuhkan untuk mengembalikan pantai utara Jawa dalam bentuk infrastruktur dasar pertanian agar kembali ke daya dukung pada awal tahun 1990-an.
Besarnya investasi yang sama juga diperlukan jika ingin membuka wilayah-wilayah pertanian di luar Jawa. Lahan pertanian yang sempit bakal sulit memenuhi kebutuhan jumlah penduduk yang terus bertumbuh.
Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi dalam seminar nasional ”Rekonstruksi Kebijakan Perdagangan Pangan untuk Kesejahteraan” di Jakarta, Selasa (5/8), mengatakan, ”Investasi besar-besaran itu sebagai cermin APBN. Artinya, kita harus punya rencana dan keputusan politik untuk investasi jangka panjang karena investasi ini tidak bisa dilakukan dalam satu tahun anggaran. Kita butuh waktu 5-10 tahun.”
Bukan hanya anggaran multi-tahun, tetapi juga multi-komitmen yang harus dilihat secara politis. Pergantian presiden setiap lima tahun sekali merupakan tantangan kebijakan pertanian.
Dari data Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air serta Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum terungkap, sebanyak 50 bendung dari total 106 bendung dan 13 dari total 47 bendungan di Pulau Jawa mengalami kerusakan. Sebagian besar kerusakan disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai dan tuanya usia bangunan (Kompas, 28/7).
Bayu mengatakan, jika tahun 1970-an Indonesia membenahi pertanian dengan pinjaman jangka panjang, hal itu pun harus dicermati agar di kemudian hari tidak menjadi beban rakyat.
Investasi besar-besaran ini dibutuhkan untuk meningkatkan atau membangun jaringan irigasi baru dan membenahi sumber daya manusia. Pemerintah daerah pun harus berkomitmen dalam mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk sektor pertanian.
”Kalau memang diputuskan tidak mau membenahi sektor pertanian demi ketahanan pangan nasional, ya harus diputuskan tidak,” kata Bayu.
Bayu menjelaskan, pertambahan penduduk Indonesia sekitar tiga juta per tahun. Itu artinya, kalau konsumsi beras 100 kilogram per tahun, minimal dibutuhkan beras sebanyak 300 juta kilogram per tahun.

Tantangan sangat berat
Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan, tantangan sektor pertanian memang sangat berat. Potensi lahan sangat kecil untuk bisa meningkatkan produktivitas.
Menurut Anton, dari lahan seluas 7,4 juta hektar, indeks pertanaman di Indonesia rata-rata hanya 1,6 dalam setahun. Artinya, petani baru bisa menanam rata-rata 1,6 kali dalam setahun. Produktivitas gabah kering giling hanya 4,7 ton per hektar.
”Kalau kita bisa meningkatkan indeks pertanaman dua kali setahun, pertambahan produksi dalam bentuk beras bisa mencapai sekitar 8,6 juta ton per tahun,” papar Anton. (OSA)

Tidak ada komentar: